Dulu ketika aku berhasil
menyelesaikan kuliah D-4 di Perguruan Tinggi Kedinasan yaitu Sekolah Tinggi
Ilmu Statistik (STIS), selain bahagia, rasanya ada sesuatu yang mengganjal. Sesuatu itu berupa
ketidakpuasan terhadap diri sendiri karena aku merasa belum melakukan pencapaian
yang optimal. Pencapaian yang kumaksud bukan diukur berdasarkan angka yang
tertera pada IPK, kalau hanya sekedar angka Alhamdulillah prestasiku tergolong
baik, masuk peringkat 10 besar di Jurusan Ekonomi. Tetapi pencapaian yang
kumaksud lebih kepada proses yang kuusahakan bukan hasilnya. Aku merasa sering
sekali menyepelekan tugas termasuk tugas akhir (skripsi). Aku merasa membuat
tugas betul-betul asal jadi saja, toh
saat itu aku berpikir bahwa nilai yang diberikan untuk tugas minimal B (mungkin
upah capek kali ya), jadi akupun tidak berambisi untuk mendapatkan nilai yang
lebih baik dari itu. Bagiku lebih baik santai tapi dapat B, daripada grabak-grubuk
untuk dapat A. Berhubung di kampusku dulu, nyaris semua mata kuliah lebih
dinilai dari ujian bukan tugas, maka kemalasanku dalam menggarap tugas tidak
begitu berdampak terhadap prestasiku.