Rabu, 25 Mei 2016

2016: Hadiah Terindah

sesaat setelah dilahirkan, mata nih bocah udah melek aja :p

Ini posting pertamaku di tahun 2016, padahal ini sudah bulan Mei, menuju Juni malah. Kemarin-kemarin aku masih sibuk mengurus si kecil, Danis, yang baru lahir 5 Februari kemarin. Dan.. itu pula yang ingin kuceritakan di blog ini.

Iya aku udah jadi emak-emak lho. Time flies ya.. Rasanya baru kemarin menikah, pacaran mulu dengan suami, nesis bareng (ngerjain tesis maksudnya), lalu hamil, periksa kehamilan tiap bulan, dan serasa gak percaya bahwa sebentar lagi akan ada manusia kecil made by aku dan suami, hihi. Rasanya benar-benar gak percaya kalau akan ada anggota baru dalam keluarga kecil kami. Dan ketidakpercayaan itu sekarang sudah menjadi kenyataan. Dia betul-betul ada di tengah-tengah kami. Dialah anakku: Danis.

Proses melahirkan tidak perlu kuceritakan detil ah, pokoknya proses kelahiran Danis tidak selancar yang kuharapkan, hingga berakhir dengan proses sectio setelah mandek di bukaan 4 selama 15 jam. Padahal selama kehamilan kandunganku selalu baik-baik saja tanpa suatu hal yang perlu terlalu dikhawatirkan. Pelajaran moral: Jangan Takabur!. :p

Proses kehamilan selama 9 bulan lalu proses melahirkan yang aduhai sekali rasanya itu kalau kuibaratkan seperti sebuah perjalanan kebatinan yang membuat kita sadar betapa berharganya sebuah nyawa. Dan ketika melahirkan sesungguhnya bukan hanya anak kita yang terlahir tetapi pada saat yang bersamaan kitapun terlahir kembali dengan tanggung jawab baru sebagai orang tua.

Hari-hari pertama kehidupan Danis di dunia ini lebih banyak dilaluinya dengan tidur. Tapi aku sangat agresif untuk terus menyusuinya karena rasanya masih wow saja dengan bobot lahir Danis yang hanya 2,55 Kg padahal ia lahir tepat 40 minggu terhitung dari HPHT (Hari Pertama Haid Terakhir), dan padahal lagi ketika menjelang lahiran, dokter memprediksi bobotnya 3,5 Kg. Ya, jangan terlalu percaya alat USG! :D

Danis si bocah mungil yang baik. Ia jarang menangis bahkan ketika popoknya basah karena pipis atau pup. Ia hanya menangis ketika lapar. Dan perasaanku selalu takjub setiap kali memandang wajah polosnya. Dia yang kurang lebih 9 bulan berada di dalam rahimku. Dia yang selalu kubayang-bayangkan seperti apa wajahnya. Dia yang sungguh ingin kudengar suara tangis pertamanya. Dan sekarang makhluk kecil yang dulu menghuni rahimku itu telah ada di depan mataku. Bisa kutimang. Bisa kudekap. Bisa kuciumi. Ah Danis.. Bubun sayang, teramat sayang padamu.

Aku menikmati menjadi seorang ibu di awal-awal kelahiran Danis. Aku tidak mengalami baby blues. Jika ada yang mengatakan setiap ibu yang baru melahirkan pasti mengalami baby blues, maka mungkin kadar baby bluesku masih dalam dosis rendah. Semua ini tidak lepas dari dukungan keluarga terutama Ibuku, yang mungkin justru lebih repot mengurus Danis ketimbang aku (maafkeun anakmu ini Mak yang selalu merepotkan :( ). Dan yang kupelajari dari saat-saat awal setelah melahirkan bahwa memang kita membutuhkan bantuan. Bahwa memang kita tidak bisa melakukan segalanya sendiri. Dan buat aku, aku tidak muluk-muluk untuk melakukan semuanya dengan perfect, aku tidak muluk-muluk untuk menjadi new supermom dengan segala tata cara mengurus bayi yang paling benar. Biarlah semampu yang kubisa. Belajar pelan-pelan.

So... welcome to the world my precious baby!





Tidak ada komentar:

Posting Komentar