aktivitas baru di kantor : memerah asi :p
Memasuki bulan kedua usianya, masalah mulai muncul, Danis seringkali kewalahan menyusu akibat asi yang terlalu deras. Istilah medisnya: hiperlaktasi. Jadilah dia sering tersedak, terbatuk-batuk, nafasnya ngos-ngosan, terkentut-kentut (iyah :D), dan berujung dengan... mengamuk! Stres rasanya menghadapi bayi yang ngamuk dan menolak menyusu. Saking bingungnya, aku malah semakin memaksa Danis untuk mau menyusu. Dan ternyata itu berakibat fatal, ia sempat mengalami trauma menyusu, hiks. Berbekal mbah google sebagai dokter instan-ku (dan semua orang kali ya), akupun mulai berusaha mencari solusi masalah hiperlaktasi ini. Ternyata posisi menyusui bisa menjadi solusi untuk mengurangi kederasan asi. Salah satu yang kucoba adalah menyusui sambil bayi digendong-gendong dan it works. Danis mulai bisa dijinakkan.. hehe. Masalah mulai teratasi walau sesekali ia masih mengamuk.
Bulan
ketiga menjelang kembalinya aku ke kantor, akupun mulai memerah asi
untuk stok Danis ketika kutinggal kerja. Memang termasuk terlambat sih
aku memerah asi. Harusnya ya sejak pulang dari Rumah Sakit aku sudah
mulai jadi mamah muda perah. Nah ketika aku mulai
memerah asi, ternyata asiku pun semakin deras dan Danispun semakin
kewalahan yang berujung dengan mengamuk! Hiks. Melihat Danis tersedak
asi dan berujung dengan menolak menyusu sambil nangis-nangis kejer maka
kuputuskan berhenti memompa asi. Jadilah waktu efektif aku memerah asi
mungkin hanya sekitar 2 mingguan. Dan ketika aku kembali bekerja dan
mulai akan rutin memerah asi, ternyata asi yang kuperoleh hanya berkisar
maksimal 50 ml, hiks. Jadilah setiap hari ASIP beku yang tidak seberapa
jumlahnya itu diturunkan satu demi satu, dua demi dua, huaaa, habis
dong lama-lama. Namun berbekal keyakinan bahwa asiku pasti cukup,
alhamdulillah setiap hari hasil perahku selalu bertambah dan bertambah.
Bahkan di minggu ketiga, hasil perahku sudah melebihi kebutuhan Danis
setiap harinya, sehingga aku bisa nambah stok ASIP untuk dibekukan lagi.
Ohya Danis mimik ASIP dengan media DOT. Ya Dot. Terlarang banget sepertinya kata ini dalam dunia menyusui karena beresiko bingung puting. Tetapi setelah ditimang-timang rasanya gak tega juga meminta Nenek Danis (Mamak saya maksudnya hehe) untuk memberikan ASIP dengan media lain yang sepertinya ribet, merepotkan, menyusahkan beliau yang sudah tua. Ohya berbicara tentang mengasuh cucu ini, awalnya sih aku juga gak tega meminta bantuan Mamak yang sudah tua untuk kembali momong bayi. Akupun sudah minta bantuan tetangga untuk dicarikan pengasuh. Dan pengasuh itu memang ada tapi hanya 2 hari bekerja, meminjam uang lalu hilang entah kemana, aishhh. Akupun sudah akan mencari pengasuh baru, tetapi Mamak yang menolak. Dan sepertinya Mamak tidak keberatan mengasuh Danis, kata Mamak Danis gak pernah nangis keuali kalau lapar dan mengantuk, itupun mudah diredakan. Anak baik! :D
Ya jadi begitulah dunia susu-menyusui yang kualami. Menyusui ternyata tidak semudah membuka baju, menyodorkan ke si baby lalu dia minum dengan tenang sampai kenyang. Ternyata menyusui penuh dengan tantangan. Dan tantangan yang kuhadapi adalah asi yang deras. Hmm.. memang benar ya sebaik-baiknya perkara adalah di tengah-tengah. Dalam hal menyusui ini adalah ASI yang cukup, tidak perlu deras yang malah membuat bayi gelagapan. Tetapi mungkin belum berasa jadi Mamah muda kalau semuanya berjalan mulus, mungkin memang penuh tantangan dan lika-liku untuk memantapkan gelar baruku : Mamah muda. Pertanyaannya adalah kenapa dari tadi kata "muda" selalu dicoret? Rasanya gak pantes ah aku ini disebut Mamah muda. Mamah muda dalam bayangan semua orang kan ya mamah yang masih muda (masih kepala 2 kali ya umurnya), stylish, imut-imut. Aku gak masuk kategori begitu, jadi gak pede menyebut diri sendiri dengan sebutan: Mamah Muda, haha.
Semangat Meng-ASI-hi. Semoga lulus asiX 6 bulan (itu dulu deh targetnya :p)
Semangat Meng-ASI-hi. Semoga lulus asiX 6 bulan (itu dulu deh targetnya :p)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar