(Tulisan ini sebetulnya sudah saya buat berbulan-bulan yang lalu, tetapi belum sempat saya baca ulang, jadinya belum saya post. Film AADC memang sudah basi, tapi tetep eikeh posting ajalah buat ngeramein blog ini, hehehe).
Sebetulnya aku bukan fans garis kerasnya film AADC, tapi memang suka dengan film AADC 1 walau dulu nontonnya di VCD, bajakan pula, dengan gambar yang mengol kanan mengol kiri. Tetapi untung beberapa tahun kemudian aku bisa mengcath up nonton AADC 2 via youtube dengan gambar yang lurus :p. Jalan ceritanya terasa dekat aja dengan kehidupan anak-anak SMA di jaman itu. Ya, suka ngegank lah, suka ngurusin mading, suka nonton konser, suka nari-nari (biasanya tugas mata pelajaran kesenian ini, ya). Jadilah AADC 1 mendapat tempat di hati para remaja saat itu. Semuanya pun terasa sempurna: para pemainnya, dialognya, soundtracknya, puisinya, endingnya, semuanya. Bahkan setelah film usaipun, demam AADC masih terus kebawa. Dialog AADC sampai hapal, sountracknya sampai hapal juga, bahkan dinyanyikan hingga bertahun-tahun kemudian. Dan terlebih lagi sosok Rangga-Cintapun terus dipuja-puja dan menjadi fans remaja saat itu. Remaja cewek ngefans dengan Rangga yang cool, sampai jadi suka mengkhayal punya pacar sedingin Rangga (termasuk aku juga jadi demen dengan cowok yang cool-cool gimana gitu wkwk). Dan sebaliknya remaja cowok tergila-tergila dengan kecantikan Dian Sastro dan berkhayal bisa dapat pacar 11-12 dengan Distro; tinggi, ramping, rambut panjang. Sebegitu fenomenalnya film AADC!
Bertahun-tahun lewat, fans-fans remaja AADC juga telah tumbuh dewasa. Semuanya masih mengingat keapikan film yang spektakular itu, tetapi mungkin tidak ada yang menyangka bakal ada sekuelnya 14 tahun kemudian. Saya menduga dengan setengah bersuudzon bahwa sekuelnya hanya memanfaatkan kesuksesan short movie AADC yang disponsori Line. Tetapi memang short movie AADC langsung disambut antusias para fansnya. Bayangkan jutaan penonton di youtube hanya dalam waktu singkat! Benar-benar pasar yang menggiurkan!
Tahun 2016, jadilah film AADC 2 siap ditayangkan. Saat itu aku masih cuti melahirkan hingga rasanya aku harus menyimpan rapat-rapat keinginan bernostalgia dengan film ini. Hari pertama tayang, AADC 2 langsung menjadi viral di media sosial. Sebagian begitu antusias hingga tak mampu lagi menilai apakah film ini terkategori bagus atau tidak, mungkin bagi mereka film ini sudah cukup memuaskan kerinduan, ada juga yang menilai film ini memang bagus pake banget. Ada juga yang kecewa dan merasa AADC 2 tidak sesuai dengan ekspektasi mereka, terlalu banyak iklan, dan sebagainya.
Ketika long weekend dan bertepatan dengan habisnya cutiku, suami pulang ke Palembang. Hore! Jadilah aku gak menyia-nyiakan kesempatan itu untuk ngajak suami ngedate nonton film ini. Danis dititip dulu ya, Nak. Suami awalnya lebih tertarik nonton Civil War tapi setelah diambekin, akhirnya suami mau juga menemani istrinya ini buat nonton, hehe. Senjata pamungkas cewek : Ngambek :p.
Film AADC 2 buatku sih not too bad lah, aku terhibur dengan film ini. Film ini terasa nyata saja buatku, dekat dengan kehidupanku. Ya misalnya makan berdua pacar (eh Rangga bukan pacarnya Cinta, ya) di kaki lima, di tempat2 yang biasa, obrolan-obrolan yang biasa saja (suka kan kita ngobrolin pemilu sama pacar walau rasanya jadi kurang masuk di film ini, entah apa tujuannya dengan dialog itu), kemudian adegan Cinta marah, nampar Rangga terus langsung berbalik lagi dan minta maaf. Childish banget sih. Tapi kita suka kan melakukan hal-hal childish gitu di dunia nyata (bukan berarti aku pernah nampar pacar lho ya :D). Walau mungkin banyak yang merasa adegan-adegan Rangga-Cinta terlalu biasa, kurang wah. Mungkin banyak yang berharap adegan yang lebih berkelas, misalnya Rangga dan Cinta mengukuhkan cinta mereka dengan gembok cinta di atas sungai Seine, hehe. Atau berharap Rangga dan Cinta dinner di tempat yang romantis dengan lilin dimana-mana, tapi justru yang ditampilkan Rangga-Cinta malah makan di kaki lima. Tapi justru menurutku dengan "biasa" itulah jadi terasa nyata.
Untuk karakter tokohnya., aku masih suka melihat Nicholas Saputra, ia tetap cool tapi sekarang jadi lebih berperasaan. Begitulah seharusnya seorang lelaki, makin dewasa makin pintar mengerti isi hati wanita, hehe. Cool-coolan kayak Rangga di AADC 1 kayaknya udah so yesterday. Dian sastro juga jadi cantik pake banget dengan senyum kegeerannya yang unik. Milly juga masih jadi badut dalam film ini, masih kocak. Karmen sih biasa aja. Maura yang kalau menurutku aktingnya kurang begitu mengesankan, ada atau tidak ada Maura jadi gak ngaruh (kejam ;p).
Film ini memang belum bisa kusebut bagus pake banget, ada hal-hal yang memang cukup menggangu. Produk sponsor memang cukup banyak dan it's not problem sih kalau gak dilihatin jelas, tapi ini iklan aquanya itu lho jelas banget, haha. Tentang puisi di film ini, ini jugalah salah satu alasanku jadi penasaran nonton. Sudah sejak lama aku suka dengan puisi-pusi Aan Mansyur, bahkan mungkin semua puisinya sudah kubaca. Puisi Aan memang sederhana, sering menggunakan pemilihan kata-kata yang biasa, sering memainkan irama dengan penggunaan kata-kata yang mirip. Tetapi puisi itu tentang selera, mungkin bagi yang tidak suka puisi atau tidak akrab dengan karya-karya Aan puisi-puisi ini bisa jadi terdengar lucu. Atau kaku. Tetapi sayangnya, menurutku Aan tidak menampilkan karya terbaiknya. Puisinya bagus tapi bukan yang terbagus dari seorang Aan. Dan salah satunya aku terganggu dengan pemilihan kata "Meriang...Meriang". Entah kenapa mendengar kata itu aku langsung bergumam dalam hati "Merindukan Kasih Sayang", haha.
Kalau ada yang bilang film ini gak logis banget. Kalau menurutku logis-logis aja sih. Terkadang dunia nyata lebih drama dari drama, kan? Adik tiri Rangga yang tiba-tiba datang ke Amerika, menurutku logis. Apa susahnya sih jaman sekarang mengetahui keberadaan seseorang. Dan setelah tahu apa susahnya sih memesan tiket kesana, sampai, lalu bertemu (biasanya sih pake acara nyasar-nyasar dulu :p). Tentang Rangga dan Cinta yang tiba-tiba bertemu secara tidak sengaja di Jogja, menurutku itu bisa banget terjadi.
Hal yang kusesalkan dari film ini adalah endingnya, padahal ending itu adalah bagian penting dari sebuah film. Walaupun ada juga jenis film yang berakhir tanpa kejelasan. Tapi untuk AADC 2 tampaknya kejelasan ending sangat dibutuhkan karena sudah adanya orang ketiga yaitu Trian (Malang banget nasibmu Trian malah kusebut sebagai orang ketiga, peace ya :p). Selain itu fans AADC 1 pasti sangat berharap Rangga dan Cinta berakhir bahagia. Dan endingnya sesuai harapan banyak pihak, tapi sayangnya ending AADC 2 malah dibuat sesingkat itu, senaif itu, se... seapalah gitu. Endingnya seolah terjadi begitu saja, sangat cepat, sangat enggak banget. Maksa. Aku mungkin seperti kebanyakan fans AADC yang lain memang berharap kisah mereka happy ending tapi tak beginiiiii, haha.
Yasudahlah.. akhirnya menurutku film ini tetap layak ditonton, tetap menghibur, tetapi jangan berekspektasi terlalu tinggi. Cukup duduk manis di bioskop dan nikmati nostalgia, nikmati Rangga yang cool, Dian Sastro yang keceh, kitapun akan merasa terkenang-kenang dengan masa abegeh. Sekian review dari saiah yang juga tidak kalah ketjeh, hehe...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar