Rabu, 11 November 2015

Jodoh Pasti Bertemu



Manten :p

Kata orang jawa,  witing tresno jalaran soko kulino yang artinya cinta tumbuh karena sering bertemu. Mungkin itu pula yang terjadi padaku dan suamiku. Memang sejak pertama kali melihatnya, aku sudah suka. Tetapi itu hanya sebatas rasa suka. Setelahnya, cinta memang tumbuh perlahan diantara kami. Bermula dari teman. Berhubung dulu aku satu kosan dengan dua orang teman perempuan dan mereka hanya punya satu motor, jadilah saat itu aku -yang belum punya motor- bingung. Beruntung Bang Aal menawarkan jasa untuk antar-jemput, hehe. Tak direncanakan pula, kosanku dengannya letaknya cukup dekat. Semenjak itulah kami semakin akrab. Sering whatsapp untuk menanyakan perihal kuliah, tugas dan sejenisnya. Hingga obrolan kamipun perlahan-lahan mulai memasuki ranah pribadi, cerita tentang pengalaman hidup, tentang keluarga, juga tentang kisah-kisah cinta di masa lalu yang pernah membuat galau! Hiks :D


Begitulah hubungan kami dibangun. Teman-teman sekelas -yang semuanya adalah mahasiswa Tugas Belajar dari seluruh Indonesia- senang sekali menggoda kami berdua. Hingga akhirnya dari pertemanan itulah hubungan kami berlanjut, penuh dengan manis-pahitnya, penuh dengan lika-liku, penuh dengan tawa dan air mata :D. Dan akhirnya, bulan Oktober 2014, setelah 16 bulan saling mengenal, Bang Aal mulai berbicara tentang keseriusan hubungan kami, bahwa ia ingin menemui ibuku. Kebetulan bulan Januari 2015, Mamak pergi ke Jakarta, ke rumah Kakakku di Depok karena suatu urusan. Bang Aal mengajakku untuk berangkat juga ke Jakarta. Sekalian ia juga ingin mengenalkanku dengan kedua orangtuanya.

Bulan Januari 2015 itulah untuk pertama kalinya aku bertemu dengan calon mertua. Kekhawatiran sempat hinggap di hatiku karena kedua camerku itu orang Jawa, dan yang aku tahu orang jawa inginnya dapat menantu orang Jawa juga. Tetapi kekhawatiranku tidak terbukti, camerku sangat antusias dan senang bertemu denganku. Kelihatannya camerku juga sudah tidak sabar ingin melihat anaknya menikah. Ketika Bang Aal bertemu dengan ibuku, responnya juga tentu positif, berhubung Mamak memang sudah ngebet melihat aku menikah, hehe.

Rencana awal kami hanyalah sebatas berkenalan dulu. Aku berkenalan dengan keluarga Bang Aal, dan begitu sebaliknya. Tetapi kenyataan malah lebih dari itu, malam harinya Bang Aal menelpon bahwa kedua orangtuanya ingin berkenalan dengan keluargaku. Waduh ini di luar rencana, tetapi Alhamdulillah jika semua berjalan lebih lancar dari yang kami rencanakan. Keesokan harinya, Bang Aal dan keluarganya datang ke Depok. Tahu sendiri jika orangtua kedua belah pihak sudah bertemu, yang dibicarakan tak lain dan tak bukan adalah: PERNIKAHAN! :D.

Sebetulnya kami berdua sudah sepakat untuk menikah akhir Maret atau awal April, tapi baru sekedar pembicaraan kami berdua saja. Tak disangka, di saat itulah kami berdua ditanya kapan kesiapan kami untuk menikah. Dan kami menjawab, setengah ragu-ragu: AWAL APRIL! Yeiyyy...

Kembali ke Surabaya, kamipun mulai mempersiapkan pernikahan. Pernikahan diadakan di Muara Enim, Sumatera Selatan, rumah Mamak. Segala macam urusan, mulai dari tenda, pelaminan, catering dan lain-lain, semuanya dihandle oleh Mamak. Tugas kami berdua di Surabaya, hanya masalah undangan dan souvenir.

Alhamdulillah persiapan pernikahan yang hanya kami lakukan selama 2 bulan, bisa selesai juga. Tepat tanggal 5 April 2015, acara pernikahan kamipun digelar. Bahagia dan haru menjadi satu. Ijab kabul terucap. Dan semenjak itu aku resmi menjadi seorang istri. Dari seorang laki-laki yang begitu kucintai. Aku tahu menikah tidak melulu berbicara tentang hal yang indah-indah saja, tetapi juga aku harus siap akan tanggung jawab baru, akan kecemasan-kecemasan baru. Tetapi aku percaya, segalanya bisa asal aku mau untuk terus belajar, untuk terus memperbaiki diri. Bismillah.. semoga pernikahan ini sakinah, mawadah dan warohmah. Aamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar